Skip to main content

Melihat Kesetaraan Gender di Bumi Raflesia

Oleh : Ardiansyah, S.E. (ASN BPS Kab. Seluma)
Oleh : Ardiansyah, S.E. (ASN BPS Kab. Seluma)

Oleh : Ardiansyah, S.E. (ASN BPS Kab. Seluma)

Upaya kaum perempuan untuk mencapai kesetaraan gender patut memperoleh apresiasi yang luar biasa, gender secara umum diartikan bukan sebagai perbedaan jenis kelamin, melainkan perbedaan peran, perilaku, kegiatan, serta atribut yang dikonstruksikan secara sosial dalam masyarakat antara laki-laki dan perempuan. Masih banyak persepsi masyarakat mengenai perempuan bahwa perempuan hanyalah pendamping hidup, bersifat lemah, selalu memakai perasaan dibanding dengan menggunakan logika.

Seiring dengan perjalanan waktu dan semakin luasnya informasi dan kesempatan perempuan untuk berpartisipasi dibidang sosial, ekonomi, politik menjadikan perempuan dapat berkontribusi besar bagi kesejahteraan keluarga dan pembangunan masyarakat. Terlihat dari banyaknya perempuan yang berkarya dan bekerja untuk menambah penghasilan keluarga. Bahkan banyak dijumpai sekarang perempuan yang menjadi tulang punggung keluarga yang harus mencari penghasilan guna memenuhi kebutuhan dapur, kebutuhan biaya pendidikan anak, dan memenuhi kebutuhan lain untuk keluarganya.

Lantas bagaimana tingkat perkembangan pembangunan gender yang dirasakan saat ini khususnya dibumi Raflesia Provinsi Bengkulu, sejauh mana persentase peran antara laki-laki dan perempuan. Merujuk data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik ( BPS ) perihal pembangunan gender menghasilkan Indeks Pembangunan Gender (IPG), yang merupakan salah satu ukuran tingkat keberhasilan capaian pembangunan yang sudah mengakomodasi persoalan gender. IPG adalah ukuran pembangunan manusia berbasis gender dilihat dari tiga dimensi capaian dasar manusia yaitu dimensi  umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan, dan standar hidup layak. IPG merupakan indikator yang menggambarkan perbandingan (rasio) capaian antara Indeks Pembangunan Manusia (IPM) antara perempuan dan laki-laki. Semakin kecil jarak angka IPG dengan nilai 100, maka semakin setara pembangunan perempuan dengan laki-laki. Dimensi umur panjang dan hidup sehat diwakili oleh indikator angka harapan hidup (AHH) saat lahir. Dimensi pengetahuan diwakili oleh indikator harapan lama sekolah (HLS) dan rata-rata lama sekolah (RLS). Sementara dimensi standar hidup layak diwakili oleh indikator pengeluran perkapita yang disesuaikan.

Dimensi umur panjang dan hidup sehat

Kesehatan adalah kebutuhan mendasar dalam kehidupan yang mencerminkan kualitas dari sumber daya manusia. Angka Harapan Hidup (AHH) merupakan salah satu indikator derajat kesehatan selain angka kesakitan, dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang dijadikan sebagai tolok ukur dari kinerja pemerintah dalam upaya melaksanakan pembangunan kesehatan. Angka Harapan hidup (AHH) adalah rata-rata jumlah tahun hidup yang diperkirakan dapat ditempuh oleh seseorang. Dikutip dari laman web site BPS mulai tahun 2020, penghitungan nilai IPM menggunakan indikator umur harapan hidup saat lahir (UHH) berdasarkan data hasil Long Form Sensus Penduduk 2020 (SP2020). 

Pada tahun 2023 UHH Perempuan di Provinsi Bengkulu lebih lama yakni pada angka 75,25 bila dibandingkan dengan laki-laki yang berada pada angka 71,08. UHH laki-laki lebih singkat, hal ini wajar terjadi karena dilihat dari aspek gaya hidup, secara umum lebih banyak laki- laki yang bekerja dan beraktivitas diluar dibandingkan dengan perempuan. Banyaknya aktivitas kerja yang dilakukan para laki-laki ini berpotensi mendatangkan berbagai macam resiko, seperti stres, depresi, lingkungan yang tidak sehat, hingga kecelakaan kerja yang dapat merenggut nyawa.
 
Dimensi Pengetahuan

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang dapat digunakan untuk melihat kesetaraan gender. Di Bengkulu, kesempatan untuk memperoleh pendidikan antara laki- laki dan perempuan sudah mulai setara. Hal ini dapat dilihat dari angka harapan lama sekolah (HLS)  pada tahun 2023 HLS untuk Perempuan di Bengkulu berada pada angka 14,13, artinya anak perempuan berusia tujuh tahun yang masuk dunia pendidikan diharapkan mampu bersekolah hingga 14,13 tahun atau mencapai pendidikan setara Diploma 2. Angka ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan laki-laki yang berada pada angka 13,69. Sementara itu, rata-rata lama sekolah (RLS) bagi Perempuan di Bengkulu pada tahun 2023 adalah sebesar 8,80 tahun, angka tersebut menunjukkan bahwa secara rata-rata penduduk perempuan 25 tahun ke atas di Provinsi Bengkulu telah menempuh Pendidikan hingga 8,80 tahun atau setara dengan kelas 2 SMP, sedangan bagi laki-laki berada pada angka 9,25 tahun.

Dimensi Standar Hidup Layak

Adapun dimensi standar hidup layak yang diwakili oleh indikator pengeluaran per kapita, mencerminkan kemampuan untuk membelanjakan uangnya dalam bentuk barang maupun jasa. Rata-rata pengeluaran perempuan di Bengkulu tahun 2023 mencapai 8,71 juta rupiah per kapita per tahun sedangkan untuk laki-laki ada pada angka 15,61 juta rupiah per kapita per tahun. 

Dari ketiga dimensi tersebut BPS mencatat  Indeks Pembangunan Manusia (IPM) perempuan di Provinsi Bengkulu sebesar 71,60 dan IPM laki-laki sebesar 78.05, sehingga seperti yang sudah diulas sebelumya bahwa IPG merupakan indikator yang menggambarkan perbandingan (rasio) capaian antara Indeks Pembangunan Manusia (IPM) antara perempuan dan laki-laki, sehingga diperoleh Indeks Pembangunan Gender (IPG) Provinsi Bengkulu pada tahun 2023 berada pada angka 91,74 hal ini menunjukan jarak angka IPG dengan angka 100 semakin kecil, maka  dengan demikian akan semakin setarapula pembangunan perempuan dengan laki-laki di Provinsi Bengkulu. Untuk itu kebutuhan dasar perempuan seperti kesehatan, pendidikan, serta partisipasi kerja harus selalu mendapat perhatian sepanjang waktu dari seluruh stakeholder.

Bengkulu, 21 April 2024, Selamat Hari Kartini

Dibaca 3 kali

Facebook comments